Thursday, May 17, 2012

Sisi Kesederhanaan Profesor Widjajono Partowidagdo! (Kisah Tas Sobek dan Naik Angkot)



Jangan Lihat Rambut Saya yang Gondrong (1)
Siang itu, 19 Oktober 2012, langit terang menaungi Istana Negara Jakarta. Widjajono baru saja dilantik oleh Presiden SBY menjadi wakil menteri ESDM. Dilantik satu paket dengan para menteri anggota KIB Jilid II yang baru saja di-reshuffle.

Usai pelantikan, saya menyempatkan memberi ucapan selamat. Hanya dia yang saya hampiri dari sekian menteri dan wakil menteri yang baru dilantik. Beliau agak kaget ketika saya hampiri karena saya wartawan pertama kali yang memberinya selamat di Istana. Saya lalu memperkenalkan diri lalu kemudian saya melakukan wawancara.

Saya berbicara cukup panjang lebar dengan Widjajono di dalam istana. Ketika para menteri yang habis dilantik tengah menikmati penganan ringan bersama Presiden, Widjajono masih menyempatkan waktunya untuk bersedia saya wawancarai. Saking seriusnya, hingga tanpa sadar hanya kami berdua yang berdiri di ruang pelantikan menteri di Istana Negara.
Itulah perkenalan pertama saya dengan Widjajono. Pertama berkenalan namun kata-katanya mengalir bak air. Tak ada yang disensor seperti pejabat tinggi negara umumnya yang pernah saya wawancarai. Saya basa-basi menanyakan soal jas hitam yang dipakainya saat itu.
"Jas-nya kegedean, Pak," tanyaku.
"Yah, sebenarnya saya jarang pake jas. Ini acara kenegaraan harus pakai jas, maka saya pakai jas," ujarnya.

Saya juga bergurau soal rambutnya yang gondrong dan belum dipotong. Kata dia, jangan segala sesuatunya diukur dari penampilan fisik. "Lihat sisi baiknya. Saya orang profesional. Saya ingin memberikan yang terbaik," katanya.

Senyumnya lalu mengembang. Pembicaraan kami pun berlanjut. Lebih banyak mengenai hal-hal yang ringan saja. Maka dari itu saya tak menggunakan tape recorder.
Saya menanyakan soal kegemarannya naik gunung sampai kesehariannya naik angkot dari rumahnya di Kebayoran menuju tempat kerjanya di bilangan Thamrin Jakarta. Membahas soal naik gunung, dia tambah semangat. Bahkan dia mengajak aku untuk ikut naik gunung bersamanya kapan-kapan ada kesempatan.

Lalu ada cerita lain mengenai kegemarannya naik angkutan kota (angkot) di Jakarta. Dari rumahnya di Kebayoran Baru, Blok S Jakarta, dia naik Kopaja ke kantornya di bilangan Thamrin. Termasuk ketika pernah menggagalkan aksi copet di angkot. http://www.tribunnews.com/2011/10/19/wakil-menteri-pernah-gagalkan-aksi-copet-di-angkot
Yah begitulah perkenalan pertama saya dengan almarhum. Hingga beberapa kali saya temui dia ketika mengadakan rapat di DPR. Dan dia tidak pernah melupakan orang lain apalagi wartawan yang pernah mewawancarainya. Kini Widjajono telah berpulang setelah dikabarkan lelah fisik setelah mendaki gunung Tambora. Selamat Jalan, Pak Wamen. Dirimu tetap sosok sederhana dan profesional. (aco)

Cerita Tas Sobek Widjajono Menghadap Presiden SBY (2)
JAKARTA -Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Profesor Widjajono Partowidagdo hadir di Istana Negara Jakarta, Minggu 16 Oktober 2011 silam. Hari itu, ramai diperguncingkan soal reshuffle (perombakan) Kabinet. Kabarnya Presiden SBY akan memanggil sejumlah calon menteri dan wakil menteri ke Istana.

Para wartawan bertanya-tanya siapa gerangan calon anggota Kabinet baru yang akan dipanggil Presiden. Hingga menjelang pukul12.00 WIB belum ada satu pun calon menteri dan wakilnya dipanggil. Namun sekitar pukul 14.30 WIB dari dalam Istana terlihat Prof Widjajono bersama calon wakil menteri Denny Indrayana dan Nazaruddin Umar.

Bagi wartawan wajah Denny sangat familiar. Apalagi Nazaruddin yang saat itu masih menjabat Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama. Maklumlah, Nazaruddin kerap diundang Presiden memberikan ceramah ketika ada kegiatan hari keagamaan Islam di Istana.
Denny memperkenalkan diri sebagai calon wakil menteri Hukum dan HAM. Kemudian Nazaruddin memperkenalkan diri sebagai calon wakil menteri Agama.
Namun yang membuat wartawan bertanya-tanya adalah lelaki setengah baya berambut gondrong yang berdiri dekat Denny dan Nazaruddin. Sosok misterius yang belakangan diketahui Widjajono itu menarik perhatian para wartawan. Pasalnya penampilannya sangat sederhana, hadir menggunakan baju batik merah marun dengan sepatu kulit yang tidak disemir. Apalagi tas jinjing yang dikenakannya sobek pada jahitan bagian atas.
Wartawan tak menyangka Widjajono calon menteri atau wakil menteri.

Guru Besar Institut Tekhnologi Bandung (ITB) ini pun memperkenalkan diri sebagai calon wakil menteri ESDM. Dia baru saja dipanggil Presiden SBY untuk menempati posisi itu.
Penampilannya yang bersahaja dengan busana tidak terlalu mentereng sebagaimana pejabat lainnya di negeri ini ketika menghadap Presiden membuat para wartawan begitu tertarik untuk mengupas informasi darinya.

Dengan senyumnya yang ramah dia meladeni wartawan untuk bercerita banyak mengenai konsepnya soal energi masa depan Indonesia.
Di sela-sela ngobrol dengan wartawan, dia pun meminta foto bareng bersama. Sambil mengeluarkan kamera poket warna merah muda dari dalam tasnya. "Ayo foto bareng," katanya kepada pers.

Para wartawan dengan Prof Widjajono foto bareng. Di kalangan pers Istana Kepresidenan sangat jarang foto bersama pejabat sekelas menteri atau wakil menteri.
Suasana sangat bersahabat. Prof Widjajono kemudian bertukar nomor telepon seluler dengan para wartawan. Kartu tanda pengenal bertuliskan "Tamu" masih menempel di kantung baju depan bagian kiri ketika dia meminta pamit pulang kepada pers.

Itulah kesan kesederhanaan dan sikap bersahaja dari Prof Widjajono. Setelah itu 3 hari kemudian atau 19 Oktober 2011, dia kembali ke Istana untuk dilantik menjadi wakil menteri oleh Presiden SBY. Dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil menteri, Widjajono tidak berubah.
Dia selalu bisa diajak berdiskusi oleh para wartawan. Namun hari ini beliau telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Semoga Beliau mendapat tempat layak di sisi-Nya.

Sumber: TRibunnews

No comments:

Post a Comment